Pakan yang diberikan
kepada ternak sebaiknya pakan yang masih segar (fresh). Bila pakan
berada di dalam palung lebih dari 12 jam, maka pakan tersebut akan
menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan
menyebabkan pengambilan pakan (feed intake = FI ) oleh ternak berkurang.
Hal ini berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi
penurunan feed intake sebesar 1%, akan menyebabkan menurunnya
pertambahan bobot badan sebesar 1,5 – 2,0%.
Untuk menjamin pakan
di dalam palung selalu segar, lakukan pemberian pakan minimum 2 (dua)
kali sehari. Bila masih ada sisa pakan dari pemberian sebelumnya, harus
dibuang. Oleh karena itu, usahakan agar pakan yang diberikan tsb sudah
dapat dihabiskan oleh ternak sebelum pemberian selanjutnya.
Di
sinilah pentingnya menyusun pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Idealnya, ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira-kira setengah
sampai satu jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis.
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberi pakan untuk ternak, khususnya sapi, sebagai berikut :
1. Kondisi
Ternak yang baru didatangkan ke lokasi usaha, lazimnya sulit makan
karena perlu waktu untuk beradaptasi. Apalagi bila sebelumnya sapi tsb
sudah terbiasa dipelihara di padang pemggembalaan. Sapi yang kurus
biasanya lebih cepat meng-konsumsi pakan dibandingkan dengan sapi yang
kondisi tubuhnya lebih baik. Dengan demikian, begitu sapi ini terbiasa
dengan pakan yang disediakan maka jumlah pakan yang dikonsumsinya pun
akan terus meningkat sampai sapi tsb menjadi lebih gemuk;
2. Umur
Pedet dan sapi "yearling" cenderung meng-konsumsi pakan sesuai
kebutuhan berdasarkan bobot badannya. Sapi yang sudah tua seringkali
meng-konsumsi pakan lebih banyak dari kebutuhannya berdasarkan bobot
badannya tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih rendah
dibanding sapi yang masih muda.
3. Bangsa
Pada sapi pedaging,
perbedaan bangsa tidak memberikan pengaruh besar terhadap konsumsi
pakan. Tetapi bangsa sapi yang bobot tubuhnya besar akan mengkonsumsi
pakan lebih banyak. Namun pada sapi perah, bangsa yang berbobot badan
besar (FH atau Brown Swiss) cenderung mengkonsumsi pakan lebih banyak
dibanding bangsa sapi yang berbobot badan lebih ringan.
4. Jenis Kelamin
Sapi jantan kastrasi (steer) mengkonsumsi 5-10% pakan lebih banyak daripada sapi dara (heifer) pada bobot badan yang sama.
5. Tipe Ransum
Ada 3 (tiga) faktor ransum penggemukan yang berpengaruh terhadap pengambilan pakan (feed intake), yaitu :
5.1. Kandungan air;
5.2. Kandungan serat;
5.3. Tingkat energi.
Bila kandungan energi dan serat kasar relatif konstan, sapi biasanya
akan mengkonsumsi lebih banyak pakan yang kandungan airnya tinggi.
Kandungan serat kasar yang tinggi akan membatasi pengambilan pakan
karena serat kasar memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna. Apabila
pakan mengandung 35% hijauan, maka sapi akan mengkonsumsi pakan lebih
banyak dibanding pakan yang mengandung hijauan hanya 10%.
6. Rumensin
Rumensin akan menurunkan konsumsi pakan yang proporsi konsentratnya
tinggi karena rumensin akan mengurangi terbentuknya gas methan yang
terbuang. Lazimnya pakan yang kandungan konsentratnya tinggi akan
mengurangi konsumsi pakan 5-10%.
7. Kondisi Lingkungan
Saat
keadaan suhu lingkungan berubah ekstrim, menjadi panas atau menjadi
dingin, maka konsumsi pakan biasanya menurun. Pada kondisi lingkungan
yang nyaman, konsumsi pakan akan cenderung meningkat. Namun demikian, di
wilayah yang suhunya dingin, ternak sapi akan lebih banyak mengkonsumsi
pakan untuk menghasilkan energi panas untuk tubuhnya.
Sapi
sangat sensitive terhadap perubahan cuaca. Konsumsi pakan akan meningkat
sekitar 20% apabila akan datang badai. Oleh karena itu, bila kedaan
cuaca diramalkan akan memburuk, maka saat itu adalah kondisi yang paling
baik untuk meningkatkan konsumsi pakan pada ternak sapi pedaging.
Pemberian pakan di kandang atau di palungan yang baik dan benar akan
lebih efektif dan efisien terhadap produksi ternak sapi yang akan
dihasilkan daripada pemberian pakan di padang gembala.
Apabila
pakan yang diberikam berupa silase (silage), akan sangat baik untuk
dapat menunjang ketersediaan pakan yang selalu kontinyu setiap saat
sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dalam keadaan yang kritis pun pakan
hijauan ini dapat diperhitungkan ketersediaannya.
Untuk
menunjang ketersediaan pakan selama periode 6 bulan musim kemarau
misalnya, steer dan induk yang tidak bunting memerlukan sekiitar 3
ton/ekor/semester, induk yang sedang menyusui memerlukan 5
ton/ekor/semester.
Keuntungan pemberian silase dibanding pemberian hay sebagai konservasi pakan pada usaha ternak sapi adalah seagai berikut :
1. Silase bisa dibuat kapan saja, tidak tergantung cuaca seperti hal-nya pada pembuatan hay;
2. Pembuatan silase lebih murah daripada pembuatan hay, hanya biaya
awal saja yang lebih mahal untuk pengadaan mesin dan atau peralatannya;
3. Potensi silase lebih baik dalam waktu penyimpanan yang lebih lama dibanding hay;
4. Hijauan untuk silase bisa dipotong pada saat zat makanannya berada
dalam kondisi kualitas terbaiknya. Misal, rumput Gajah atau Raja 40-50
hari. Batang jagung umur 80-90 hari dst.
5. Hijauan di ladang
dapat dipotong lebih awal pada setiap musim sehingga membantu kontrol
terhadap tanaman pengganggu atau gulma yang mungkin dapat tumbuh di
ladang.
KETERANGAN FOTO
Foto 1 : Sketsa palung pakan yang
tidak memenuhi syarat dan ketentuan tipe F.A.E (kiri atas dan bawah) dan
yang memenuhi syarat dan ketentuan tipe F.A.E (kanan atas dan bawah);
Foto 2 : Palung pakan yang baik dan benar, memenuhi syarat dan ketentuan tipe F.A.E;
Foto 3 : Hijauan yang di-silase, tanpa probiotika;
Foto 4-7 : Model-model palung pakan.
artikel diambil dari Mukti Abadi FB Agustus 2017