Senin, 16 Mei 2016

Dari Pekarangan Menuju Meja Makan



Praktek pertanian modern harus diakui telah banyak membawa kelimpahan sehingga pangan dapat dengan mudah kita dapatkan. Pangan kemasan yang berasal dari industri makanan juga banyak tersedia di sekitar kita. Bahan pangan segar berasal dari lahan pertanian tersebut menjadi menu sehari-hari di meja makan kita, sementara makanan olahan industri seolah-olah mengepung kita dan menggoda anak-anak kita dan menjadikannya jajanan yang paling disukai.
Asupan pupuk kimia dan pestisida yang menjadi tumpuan kegiatan pertanian modern, saat ini menjadi sorotan tajam berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Sisa-sisa pestisida tidak hanya menempel tetapi juga meresap ke dalam hasil pertanian seperti sayuran sehingga tidak hilang ketika dicuci bahkan dengan air mengalir sekalipun. Cemaran ini jelas mengancam kesehatan keluarga kita. Hal yang sama terjadi pada bahan pengawet dan penambah rasa pada makanan olahan industri.
Anak merupakan kelompok paling rentan pada ancaman pangan yang tercemar tersebut, terutama pada usia emas antara 0–5 tahun. Pada usia ini, kecukupan gizi anak menentukan tumbuh kembang pada usia selanjutnya. Kelompok rentan yang lain adalah kelompok ibu, terutama ibu hamil dan ibu menyusui.
Pangan adalah hak dasar bagi setiap orang, namun pangan yang sehat adalah keutamaan yang harus diperjuangkan. Gagasan tentang “Kisah Meja Makan” adalah langkah kecil untuk memperjuangkan pangan yang sehat senantiasa dapat tersaji di meja makan keluarga. Langkah kecil karena gagasan ini tentang pangan khususnya sayuran sebagai menu sehari-hari dalam jumlah dan variasi yang cukup untuk pemenuhan gizi keluarga. Langkah kecil karena upaya tersebut dapat dilakukan di tempat terdekat dari rumah yaitu: ”pekarangan”.

Pangan Sehat Untuk Anak
Pangan yang sehat untuk anak adalah pangan berimbang yang memenuhi kecukupan gizi yang dapat mendukung tumbuh-kembang anak secara optimal.  Pangan sehat dan berimbang dalam satu piring makan yang disajikan terbagi menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian untuk biji-bijian dan protein dengan jumlah biji-bijian lebih banyak. Satu bagian lainnya untuk kelompok buah dan sayuran dengan jumlah sayuran yang lebih banyak. Tambahkan susu atau hasil olahan susu dalam menu harian anak bermanfaat untuk melengkapi kecukupan gizi anak.
Gambaran porsi di atas selain menunjukkan sumber pangan berimbang juga  asupan makanan dari masing-masing sumber tersebut untuk memudahkan dalam memastikan apakah yang dimakan anak dalam sehari sudah seimbang atau belum. Artinya, apakah dalam satu hari anak sudah makan buah dan sayuran dalam jumlah yang seimbang dibanding jumlah biji-bijian dan protein.
Pangan sehat dan berimbang menganjurkan porsi yang besar untuk buah dan sayuran dalam menu harian anak. Hal ini menunjukkan bahwa sayuran mempunyai peran yang sangat penting dalam pola makan harian anak. Manfaat sayuran terutama adalah menjaga sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem kekebalan dan sistem saraf. Pola makan kaya protein memberi asupan pada tubuh kita anti oksidan yang dapat mencegah penyakit seperti kanker, kelainan jantung dan stroke. Lebih dari itu sayuran mengandung berbagai mineral, vitamin, dan serat yang menjaga tubuh kita tetap sehat. Berbagai kandungan di dalam sayuran di atas tidak dapat digantikan oleh makanan suplemen ataupun vitamin-vitamin sintetik.

Pertanian Organik Budidaya Pangan Sehat di Pekarangan
Budidaya tanaman sehat dilakukan secara organik. Pertanian organik adalah proses pertanian yang dilakukan secara alami dengan memanfaatkan sumber daya lingkungan, termasuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lahan. Sumber daya lingkungan yang dimaksud adalah potensi petani dalam mengolah lahan pertanian secara terpadu dengan keragaman tanaman dan ternak sehingga dapat dikelola secara berkelanjutan. Dari proses seperti ini akan terjadi suatu siklus yang saling menguntungkan antara tumbuhan dan hewan juga keterlibatan manusia sebagai pelaku usaha.
Tumbuhan dapat memanfaatkan sampah dan kotoran hewan untuk menunjang pertumbuhannya. Hewan dan manusia dapat memanfaatkan hasil tumbuhan untuk menunjang kehidupannya. Budidaya secara alami dikelola tanpa adanya asupan kimia untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Kearifan lokal petani dalam menentukan pola tanam menjadi andalannya. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman diberikan pupuk kandang dari kotoran ternak dan kompos dari pengolahan sampah hijau/organik. Hama penyakit tanaman dikendalikan dengan cara rotasi tanaman dan keragaman tanaman serta pelestarian musuh alami. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pangan yang dihasilkan melalui bertani secara alami mengandung nilai gizi, rasa dan tingkat keamanan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pola pertanian konvensional yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia di dalam pupuk dan pestisidanya (Jaker PO, 2009).
Mulai Dari (Pemanfaatan) Pekarangan
Pangan sehat dapat kita usahakan melalui budidaya organik tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetik buatan pabrik. Pupuk dan pengendalian hama-penyakit sesungguhnya dapat kita buat sendiri dari bahan-bahan organik yang tersedia di sekitar kita.
Pekarangan merupakan ”alam mini” yang paling dekat dengan kita. Kita dapat memulai bersahabat dengannya melalui budidaya sayuran sehingga alam terdekat kita itu bisa mengambil manfaat tanpa resiko. Caranya adalah dengan menciptakan siklus alam yang seimbang. Gunakan bahan-bahan organik yang dapat membusuk untuk menyuburkan tanaman. Cari musuh hama agar tercipta rantai makanan. Pakai pestisida hayati (organik) agar tubuh tidak teracuni. Lihat sekitar! Manfaatkan bahan-bahan yang sudah disediakan untuk dikembalikan lagi ke alam, tidak usah membeli!. Dengan demikian kita dapat memperoleh manfaat zat gizi berupa vitamin, protein, mineral, lemak dan karbohidrat dari tanaman yang kita usahakan sendiri secara organik, bukan racunnya!
Jangan lupa memperhatikan cara memasak agar zat gizi yang sudah kita rawat selama masa tanam tersebut tidak hilang dalam sekejap karena terlalu matang memasak. Masaklah dengan benar, lalu hidangkan sayuran tersebut di meja makan kita supaya dinikmati kelezatan rasanya dan kebaikan gizinya oleh anak-anak kita, diri kita sendiri, dan seluruh keluarga.
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batasan-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan disini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi serta hubungan biofisika (Danoesastro, 1978).
Pada tahun 1970-1980 an masih sering kita jumpai pekarangan yang terpelihara dengan baik di pedesaan. Di pekarangan tersebut terdapat berbagai macam tanaman tahunan seperti pepohonan beraneka ragam hingga tanaman semusim misalnya sayuran, empon-empon, dan tanaman umbi-umbian. Keberadaan pekarangan yang terawat baik ini sangat bermanfaat bagi pemenuhan pangan keluarga misalnya sayur dan umbi-umbian. Selain itu apabila kondisi pertanian sawah atau tegal yang diusahakan sedang dalam masa paceklik maka hasil pekarangan sangat membantu meringankan kesulitan keluarga.
Pekarangan rumah yang hijau selain berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan juga sangat baik gunanya untuk memasok oksigen di lingkungan sekitar kita. Keadaan lingkungan kita menjadi segar. Aneka ragam tanaman yang ada di pekarangan bermanfaat pula untuk menyerap dan menyimpan air hujan melalui akar-akarnya. Ini mencegah kekeringan bagi sungai-sungai di sekitar pekarangan. Apabila sungai tersebut digunakan untuk pengairan sawah maka ketika musim kemarau tiba debit air tidak akan berkurang drastis.
Mulai tahun 1990 sampai sekarang pekarangan semakin sedikit ditemui. Jikalau pun ada sudah tidak terlalu luas dan fungsinya hanya sebagai keindahan saja bukan sebagai penyumbang bahan makanan. Hal ini disebabkan karena bertambah padatnya penduduk sehingga kebutuhan ruang semakin tinggi. Selain itu, arus konsumtif mudah membeli sudah menjadi budaya sehingga orang-orang lebih suka kepraktisan dan serba instan.
Keadaan ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua. Kemerosotan kualitas lingkungan terlebih lagi pekarangan akibat budaya serba instan tersebut tangah kita rasakan saat ini. Ketergantungan kita terhadap produsen dan kuasa pasar membuat perekonomian kita terpuruk. Belum lagi menghadapi lingkungan yang telah rusak membutuhkan ketelatenan untuk memperbaiki. Upaya-upaya memperbaiki ekosistem tersebut sangat mendesak dan penting untuk dilakukan demi masa depan yang jauh lebih baik.
Kegiatan yang paling mudah dan dekat adalah menata ulang pekarangan sebagai bagian integral tak terpisahkan dari sebuah hunian. Kegiatan ini dilakukan dengan dasar kesadaran kita akan pentingnya pekarangan yang mampu memenuhi fungsi pemasok bahan pangan, oksigen, resapan air dan estetika (keindahan). Jika hal ini dilakukan maka hunian yang ideal yaitu sebuah lingkungan manusiawi di mana manusia dapat menjaga dan berdampingan seimbang dengan alam dapat tercipta. Ke depan, suatu tatanan masyarakat baru yang berbudaya tinggi dan beradab akan terbangun dengan sendirinya.
Selagi masih ada kesempatan untuk memperbaiki cara-cara bertani kita, mari kita gali kembali kemampuan kita untuk menghasilkan pangan yang sehat demi memenuhi kebutuhan keluarga dan siapa saja yang megkonsumsi hasil “uluwetu” sawah, tegalan dan pekarangan kita. Mari kita selami bersama lautan pengetahuan dan kearifan yang bisa dijadikan sarana bertani, dan lebih jauh lagi sebagai sarana lelaku (perilaku) hidup sebagai titah yang sudah semestinya menghargai segala titah dalam perjalanan bersama menemukan kesejatian hidup. ”Mari bu, kita bergerak!” [■]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

P4S

P4S APA ITU P4S? Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) adalah: lembaga pendidikan di bidang pertanian dan perd...