Sabtu, 27 Februari 2016
Pakan Ternak dan Ikan Olahan dari Kotoran Sapi
Limbah kotoran sapi selalu menjadi persoalan lingkungan karena dapat mencemari sungai, berbau dan sumber penyakit. Namun di tangan empat mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, kotoran sapi diolah menjadi pakan ternak, pupuk dan media tanam jamur.
Erina Aprilia Hidayati, Munawaroh, Arif Suryo Nugroho dan Faiq mengubah kotoran sapi lebih bermanfaat dan menghasilkan. "Kami meneliti kotoran sapi melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat," kata Erina, Jumat 8 Mei 2015.
Mereka memanfaatkan kotoran sapi yang menjadi limbah di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kota Batu. Peternak sapi hanya memanfaatkan kotoran sapi yang ditangkap gas metananya sebagai biogas.
Sayangnya, warga tak memanfaatkan limbah cair dan ampas kotoran sapi. Kadang mereka mengalirkannya ke sungai sehingga mencemari lingkungan.
Para mahasiswa itu memisahkan limbah padat dan cair mengunakan spiner. Setelah terpisah ampas kotoran ditambah dedak, tepung ikan dan EM4 untuk mempercepat fermentasi.
Hasilnya padatan kotoran sapi bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pakan ikan, pupuk padat dan media tanam jamur.
Sedangkan limbah cair dimanfaatkan untuk pupuk cair. Olahan limbah kotoran sapi dinamakan Paprika Manjur (pakan ternak, pakan ikan, pupuk organik dan media tanam jamur) bernilai ekonomis tinggi dan ramah lingkungan.
Meski banyak produk sejenis, namun mereka optimistis bakal diborong pembeli. Lantaran lebih aman, berasal dari bahan alami, dan harganya murah sehingga peternak mendapat dua manfaat sekaligus. Yakni mengolah kotoran sapi yang menguntungkan dan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran lingkungan.
Ketua Kelompok Tani Sumber Hasil Toyomerto, Soedardji mengatakan selama ini warga kebingungan membuang limbah biogas. Biasanya mereka membuang limbah cair kotoran sapi langsung sungai. "Sehingga kotoran sapi menimbulkan masalah," katanya.
Perkampungan berpenduduk 800 keluarga ini memilih menggunakan biogas limbah kotoran ternak sapi. Mereka membangun sekitar 27 unit reaktor menangkap gas metana sebagai pengganti gas elpiji. "Dulu setiap bulan membeli gas elpiji Rp 75.000," katanya.
Populasi sapi perah di Toyomerto mencapai 1.200 ekor. Sekitar 70 persen penduduk memanfaatkan gas metana. Selain mencegah pencemaran sumber air juga bermanfaat secara ekonomis. Setiap reaktor dimanfaatkan 5-10 keluarga dengan kepemilikan sapi mencapai 25 ekor.
Sumber : TEMPO.CO , Malang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
P4S
P4S APA ITU P4S? Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) adalah: lembaga pendidikan di bidang pertanian dan perd...
-
Sebelum memanggil keswan/mantri, pengamatan terhadap birahi sapi adalah hal yang sangat penting guna mendapatkan tingkat atau keberhasi...
-
Pakan yang diberikan kepada ternak sebaiknya pakan yang masih segar (fresh). Bila pakan berada di dalam palung lebih dari 12 jam, mak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar